Ketika kupulang dengan sebilah belati
dari kerongkong Ismail
(kini Hajar mabuk dengan tari tawakal
di Safa dan Marwah)
nur Tuhan lebih menikam sukma tajam
lebih runcing dari segala
mata cemburu sang Sarah
kubenamkan kisaran prajuritku
ke dada kiri sendiri
akhirlah ketuanan di tubuh hamba
tiada yang lebih berdarah, Sarah
dari bilah-bilah suhuf Ibrahim yang merah.
Sumber: SM Zakir, Ahmadun Yossi Herfanda 2009. Antologi Pennyair Muda Malaysia-Indonesia 2009. Kuala Lumpur: Persatuan Penulis Nasional Malaysia (PENA)
No comments:
Post a Comment